Laurent
Gounelle
Dibesar
kan di keluarga katolik dan protestan dan merupakan penulis filosofis Prancis. Gounelle
mempunyai latar belakang yang multicultural baik dari ayah maupun ibunya. Keluarganya juga
pernah tinggal di Vietnam selama lima belas tahun. Ayahnya merupakan seorang
professor dan peneliti di bidang psikologi.
Gounelle
dibesarkan dengan gaya didik orang tuanya yang kaku (strict). Dia kemudian melakukan aktivitas membaca dan mengamati
lingkungan sekitarnya untuk melepaskan diri dari tekanan pendidikan yang
dibebankan kepadanya.
Pada umurnya yang
ke-17, ia ingin menjadi seorang psikiatris, akan tetapi kemudian dia mengubur
mimpinya karena pekerjaan tersebut dikatakan tidak mempunyai masa depan yang
cerah.ia kemudian memutuskan masuk di jurusan ilmu ekonomi dan lulus pada tahun
1988. Setelah di lanjutkan ke Universitas Sorbonne dan mejalani magangnya
diperusahaan besar, dia merasa shock.
Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang dia inginkan. « Ce n’est pas la vie que je voulais » katanya.
Dia kemudian mendalami ilmu
psikolohgi dan filosofi. Untuk hql tersebut dia berkelana ke Amerika, Eropa dan
bahkan Asia. Dan disitulah dia menemukan kebijaksanaannya (sages). Setelah itu, ia bekerja sebagai konsultan selama 15 tahun
lamanya. Karya pertamanya "L'homme
qui voulait être heureux" yang terbit pada tahun 2008 merupakan wujud dari
keinginannya untuk berbagi pemikirannya tentang hidup dan pencarian arti
kebahagiaan yang sebenarnya. Karya tersebut berhasil mendapat titel Best-Seller
di Prancis dan telah diterjemahkan kedalam 25 bahasa.
Karya keduanya « Les dieux
voyagent toujours incognito » yang terbit pada tahun 2010 menjadi Best-Seller di
Spanyol dan Amerika selatan. Bahkan novel ini akan dimunculkan dalam versi
film. Tahun 2012, "Le philosophe qui n'était pas sage" lagi-lagi menjadi
bahan pembiacaraan orang dan diterjemahkan kedalam banyak bahasa.